Cerita Seru Para Pemain Sinetron Bawang Putih Berkulit Merah
Senin, 31 Agustus 2020 - 22:38 WIB
VIVA – Sinetron Bawang Putih Berkulit Merah yang tayang di ANTV menarik banyak perhatian para penonton. Terlebih dengan karakter Anna yang diperankan oleh Faradilla Yoshi.
Dalam sinetron tersebut, Anna harus mengalami insiden yang menyebabkan dirinya bertukar peran dengan Rebbeca. Meski begitu, Faradilla Yoshi mengaku tidak mengalami kesulitan.
"Awal-awal banyak discuss sama Rebbeca gimana sih pembawaannya Rebbeca," kata dia dalam Live Instagram, Senin 31 Agustus 2020.
Bukan hanya itu saja, kehadiran Brian McKenzie yang berperan sebagai Bayu juga menjadi daya tarik. Tapi, Brian mengatakan sempat mengalami kesulitan ketika bergabung dalam sinetron tersebut.
Baca juga: Kenalan Yuk Sama Hessel Steven, Bintang Bawang Putih Berkulit Merah
"Udah pasti (kesulitan) karena kita masuk di pertengahan, gue sebelumnya juga gak pernah nonton sinetron ini jadi buat kenal Anna butuh waktu dua bulan, dan dibantu juga sama pemain dan kru, sekarang udah enggak," jelas dia.
Dalam sesi wawancara itu, keduanya berbagi suka dan duka selama menjalani proses syuting sinetron tersebut. Untuk Brian, scene paling berkesan selama proses syuting adalah adegan di mana Anna menikah dengan Dennis yang dibuat seperti layaknya pernikahan sungguhan.
"Setnya wah banget. Kedua pas puncak ceritanya Bayu lihat Anna, semuanya jadi campur jadi satu setnya megah," kata Bayu.
Tidak hanya Bayu, scene pernikahan antara Anna dan Denis juga menjadi scene paling berkesan bagi Faradilla.
"Berkesan? lumaya banyak, salah satunya adegan nikahan. Itu kayak ada adegan sungkeman sama ibu dan pakde aku rasaya campur aduk, kebawa suasana merinding sedih, bahasa Jawa, meski gak tau,” kata dia.
Tidak hanya itu, Dilla juga menyebut bahwa scene saat dia mengalami kecelakaan pada season 1 juga cukup berkesan baginya.
"Awal kecelakaan tukeran wajah, kita ngerjain tabrakan sampai luka-luka, mobil disangkutin, di dalam mobil ditarik bener-bener spin dari setengah 7 sampai jam 4 pagi. Awalnya takut di-spin, tapi pas take ulang lama-lama asyik, seru," kata dia.
"Setnya wah banget. Kedua pas puncak ceritanya Bayu lihat Anna, semuanya jadi campur jadi satu setnya megah," kata Bayu.
Genre : Action, Drama, Peperangan
Sutradara : Yadi Sugandi
Produser : Conor Allyn, Gary Hayes
Tanggal Rilis : 13 Agustus 2009
Produksi : Margate House Films
Durasi : 1 Jam 48 Menit
~> Latar Belakang Film
Latar cerita film ini diambil berdasarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 saat terjadinya peristiwa Agresi Militer Belanda I kepada pemerintahan Republik Indonesia di Jawa Tengah. Film Merah Putih menceritakan sekawanan karakter fiktif yang menjalin persahabatan sebagai kadet militer dan selamat dari pembantaian oleh tentara Belanda. Mereka kemudian berperang sebagai tentara gerilya di pedalaman dengan diwarnai konflik karena perbedaan sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama.
Film Merah Putih merupakan sebuah film nasionalisme, persatuan, persahabatan, dan toleransi agama untuk bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan. Kisah dimulai oleh kehidupan para tokoh yakni ada 5 pria di Sekolah Tentara Rakyat, mereka adalah Amir (Lukman Sardi), Marius (Darius), Thomas (Donny Alamsyah), Soerono (Zumi Zola), dan Dayan (Rifnu Wikana). Tujuan mereka adalah sama-sama ingin mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan belanda yang ingin membangun kekuasaan kembali di tanah air, yang dipimpin oleh Van Mook di salah satu kota Jawa Tengah.
Hari demi hari pun mereka lalui di sekolah Tentara Rakyat, tiba saatnya mereka lulus dan diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing. Pada saat yang bersamaan terdapat sebuah acara di sebuah desa. Semula kegiatan berjalan lancar, namun tiba-tiba terjadi penyerangan oleh pihak Belanda pada desa tersebut. Sontak mereka pun langsung membalas serangan yang dilancarkan oleh pihak Belanda, hingga terjadi aksi saling serang dan peperangan tidak dapat terelakkan. Banyak korban berjatuhan dan mati tertembak oleh tentara Belanda termasuk Kepala Pejuang Tentara Indonesia, hingga akhirnya posisi Kepala Pejuang Tentara Indonesia digantikan oleh Amir. Dari sinilah muncul gerakan perang bergerilya yang dilakukan untuk membalas serangan Belanda dan mempertahankan keutuhan Bangsa Indonesia.
Amir dan para pejuang Indonesia mulai bergerilya dengan bersembunyi di hutan, diam-diam memasuki area pasukan Belanda dan menyerang mereka secara mendadak. Namun pada suatu saat mereka dikejutkan oleh penyerangan oleh Tentara Jepang pada saat mereka bergerilya dan singgah pada suatu desa. Para tentara Belanda membakar rumah penduduk dan menembaki semua warga yang ada disana, beruntung bagi tentara pejuang Indonesia, karena mereka dapat lolos dari kepungan dan serangan tentara Belanda dan kembali bersembunyi di hutan.
Dari kejadian ini, para tentara tentu sangat marah melihat para penduduk pribumi mati mengenaskan menjadi korban serangan tentara Belanda dan timbul jiwa nasionalisme untuk dapat membalas serta mengusir tentara Belanda dari bumi pertiwi ini. Kemudian dibuatlah sebuah rencana dengan menyerang kembali pasukan Belanda dengan membuat perangkap di sebuah jembatan yang diyakini akan dilewati oleh pasukan bantuan yang dikirimkan oleh pemerintahan Belanda. Mereka mempersiapkan berbagai peralatan persenjataan serta membagi tugas untuk membuat benteng pertahanan.
Hari yang dinantikan pun tiba, pada siang hari yang sedikit mendung, iringan mobil dan truk yang membawa tentara Belanda pun datang. Amir menyuruh setiap orang yang bertugas untuk berjaga dan bersiap-siap di posisi masing-masing. Pada jembatan yang akan dilewati oleh Tentara Belanda diberi jebakan dengan dipenuhi oleh domba dan beberapa petani, termasuk Thomas yang menyamar menjadi penggembala domba tersebut. Iringan mobil dan truk tentara belanda sampai di jembatan tersebut, karena dihalangi oleh para petani dan domba tersebut, akhirnya mereka tidak berhenti dan mencoba mengusir para petani dan domba tersebut. Pada saat itu, Thomas mencuri kesempatan dengan mendekati sebuah mobil tangki minyak dan menyelipkan beberapa bom di belakangnya, kemudian Thomas terjun ke sungai bersamaan dengan meledaknya tangki minyak yang dibawa oleh tentara Belanda. Kemudian disusul baku tembak yang dilakukan oleh tentara pejuang Indonesia yang dibantu oleh penduduk setempat dengan tentara Belanda. Satu persatu tentara Belanda tumbang, ledakan demi ledakan terus terdengar, tentara Belanda pun mulai kewalahan dan akhirnya menyerah di tangan tentara Pejuang Indonesia.
Film Merah Putih memiliki alur yang cukup kokoh dari awal hingga akhir film. Suasana yang dibuat menegangkan dengan latar belakang film masa penjajahan, terutama pada saat adegan baku tembak dan saling serang. Alur juga semakin menarik dan membangkitkan gairah penonton untuk ikut merasakan rasa kecewa dan marah kepada penjajah yang telah menindas para penduduk pribumi pada film ini. Adegan demi adegan, dari mulai pada saat bergerilya di hutan hingga pada saat melakukan aksi serangan balik yang dilakukan oleh para tentara pejuang Indonesia turut serta memunculkan jiwa Nasionalisme terhadap para penonton yang menyaksikan film ini.
Film Merah Putih tidak bisa mengimbangi gambaran operasi penyerangan dengan alur cerita. Strategi bergerilya dan pembalasan serangan ditampilkan terlalu sering dan lama sehingga memakan durasi. Selain itu, beberapa efek visual pada adegan baku tembak atau pada saat proses penyerangan sedikit terkesan berlebihan. Hal ini membuat beberapa adegan gagal memacu adrenalin penonton.
Merah Putih adalah film drama historis Indonesia yang dirilis tahun 2009 dan merupakan bagian pertama dari rangkaian film "Trilogi Merdeka" yang merupakan trilogi film perjuangan pertama di Indonesia. Film ini disutradarai oleh Yadi Sugandi dan dirilis dengan semboyan "Untuk merdeka mereka bersatu". Film ini dibintangi antara lain oleh Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Astri Nurdin, dan Rudy Wowor.
Merah Putih dirilis di bioskop secara nasional pada tanggal 13 Agustus 2009 di jaringan Bioskop 21 dan Blitzmegaplex.
Merah Putih adalah film yang diproduksi oleh kolaborasi Media Desa Indonesia milik Hashim Djojohadikusumo (pengusaha dan adik dari Prabowo Subianto) dan rumah produksi film nasional Margate House milik Rob Allyn dan Jeremy Stewart. Latar cerita film ini diambil berdasarkan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947 saat terjadinya peristiwa Agresi Militer Belanda I ke jantung pemerintahan Republik Indonesia di Jawa Tengah. Cerita Merah Putih berputar di sekawanan karakter fiktif yang menjalin persahabatan sebagai kadet dan selamat dari pembantaian oleh tentara Belanda. Mereka kemudian berperang sebagai tentara gerilya di pedalaman dengan diwarnai konflik karena perbedaan sifat, status sosial, etnis, budaya, dan agama.
Berkisah tentang perjuangan melawan tentara Belanda pada tahun 1947. Amir (Lukman Sardi), Tomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu),Soerono (Zumi Zola), dan Marius (Darius Sinathrya) adalah lima kadet yang mengikuti latihan militer di sebuah Barak Bantir di Semarang Jawa Tengah. Masing-masing mempunyai latar belakang, suku, dan agama yang berbeda. Suatu ketika, kamp tempat mereka berlatih diserang tentara Belanda. Seluruh kadet kecuali Amir, Tomas, Dayan dan Marius terbunuh. Mereka yang berhasil lolos, bergabung dalam pasukan gerilya di pedalaman Jawa. Di sana, mereka menemui strategi untuk mengalahkan banyak pasukan Belanda.
Merah Putih dishoot dengan kamera film 35mm di tiga lokasi di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Yogyakarta.
Sebelum membesut Merah Putih, Yadi Sugandi adalah sinematografer dan penata fotografi untuk film-film seperti 3 Hari untuk Selamanya (2007), The Photograph (2007), Under the Tree (2008), dan Laskar Pelangi (2008). Penataan artistik dikerjakan oleh Iri Supit yang pernah menggarap film Ca-bau-kan (2002) dan berbagai film laris Indonesia yang lain. Film ini juga dibintangi oleh banyak bintang film populer Indonesia seperti Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, dan Teuku Rifnu Wikana. Film ini juga didukung oleh Astri Nurdin dan memperkenalkan aktris Rahayu Saraswati yang mendapat pendidikan akting di London dan Hollywood.
Film ini juga mengumpulkan tim ahli efek spesial dan ahli teknis film dengan pengalaman dalam pembuatan film Hollywood seperti: koordinator efek spesial dari Inggris Adam Howarth yang pernah terlibat dalam film Saving Private Ryan dan Blackhawk Down; koordinator stunt Rocky McDonald (Mission: Impossible II, The Quiet American); Penata rias dan artis efek visual Rob Trenton (The Dark Knight); Penata perlengkapan perang John Bowring (Crocodile Dundee II, The Matrix, The Thin Red Line, Australia, X-Men Origins: Wolverine); dan Asisten sutradara pertama Mark Knight (December Boys, Beautiful).
Merah Putih tergolong film yang sangat mahal dan mungkin paling mahal dalam sejarah perfilman Indonesia, namun karena didukung Hashim Djojohadikusumo (pengusaha yang tercatat sebagai orang terkaya ke-10 di Indonesia versi sebuah majalah terkenal), film tersebut dapat diproduksi dengan biaya 6 juta dolar AS atau setara dengan Rp 60 miliar untuk ketiga film dalam trilogi tersebut, termasuk juga untuk kegiatan promosi ke sejumlah negara di luar negeri.
Film tersebut dirilis empat hari menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-64 yaitu pada 13 Agustus 2009.
Sampai saat ini Merah Putih telah mengumpulkan pendapatan sebesar Rp. 8.562.008.000,00.
Film kedua dalam "Trilogi Merdeka" ini, yaitu Merah Putih 2: Darah Garuda telah dirilis pada bulan September 2010 dan film ketiga, Hati Merdeka, telah dirilis tahun 2011. Para pemain seperti Lukman Sardi, Darius Sinathrya, dan Rudy Wowor kembali bermain dalam sekuel-sekuel ini.
Para pemain film Merah Putih Memanggil, Letnan Dua Eko Jati (kiri), Verdy Bhawanta (kedua kiri), Maruli Tampubolon (kedua kanan) dan Sersan Kepala Sepi Ermawan saat berkunjung ke Redaksi Okezone.com, Gedung MNC News Center, Jakarta.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari